Lia akan berganti nama Bandara TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid
Perjuangan TGKH Zainuddin Abdul Madjid harus dilajutkan. Tauladannya harus diikuti. Seperti bagaimana dia bersilaturrahmi dengan semua golongan. Tanpa ada sekat.
Hal itu diungkapkan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana. Menurut Mohan, jasa Maulanasyeikh luar biasa besar. Tidak hanya bagi masyarakat Pulau Lombok, tapi juga Indonesia.
Maulanasyeikh tak hanya berjuang melawan penjajah, tapi juga berjuang melawan kebodohan. Maulanasyeikh membawa perubahan besar bagi masyarakat Lombok dan NTB secara umum. Sejak dulu, hingga beliau wafat.
Bahkan, saat ini, ilmu-ilmu dan tauladan yang diajarkan Maulanasyeikh masih sangat melekat dalam kehidupan masyarakat NTB. “Maulanasyeikh sangat pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional,” tegas Mohan.
Tak hanya itu, Mohan juga mengusulkan nama Lombok International Airport (LIA) harus diganti menjadi Bandara TGKH Zainuddin Abdul Madjid. “Saya rasa ini momentum yang sangat bagus. Dan Maulanasyeikh sangat pantas mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dari masyarakat NTB,” ucapnya.
Lalu kapan pantasnya nama LIA diganti menjadi Bandara TGKH Zainuddin Abdul Madjid? Mohan dengan tegas menyatakan tidak lama setelah TGKH Zainuddin Abdul Madjid ditetapkan sebagai pahlawan nasional. “Kalau 10 November nanti ditetapkan, saya harap sejak saat itu harus mulai diproses perubahan nama bandara,” tandas orang nomor dua di Kota Mataram ini.
Usulan Mohan ini juga didukung penuh oleh Tokoh Masyarakat NTB, H Lalu Mujitahid. Menurutnya, usul itu sebenarnya sudah lama. Tapi kala itu ada penolakan karena masih menjadi tokoh lokal. Sekarang sudah menjadi tokoh nasional, bukan lagi milik NW saja, tapi milik bangsa. ”Saya sangat setuju kalau nama bandara diganti dengan nama beliau,” ujarnya.
Mujitahid mengaku, sebuah kebangaan sangat luar biasa, bahwa NTB punya seorang yang sangat berjasa sehingga diberikan gelar pahlawan nasional. ”Kita harus bersyukur, bahwa dari NTB lahir pahlawan. Sangat membaggakan,” katanya tersenyum.
Maulanasyeikh menurutnya memberi inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus. Supaya mengikuti dan meneladani perjuangannya. Terutama bangsa Sasak yang terlalu lama dijajah. Sehingga sangat terbelakang di bidang pendidikan.
NTB sangat tertinggal, tapi pada zaman Belanda, Ia mendirikan madrasah yang menggunakan kelas, atau sekolah modern. Dan dialah sosok yang melahirkan banyak tuan guru. ”Begitu besar jasa beliau,” ujar mantan Bupati Lombok Barat itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB H Ahsanul Khalik menceritakan perjuangan panjang mengusulkan nama TGKH Zainuddin Abdul Madjid menjadi pahlawan nasional. Menurutnya, setelah pengusulan pertama oleh Kementerian Sosial melalui TP2GP. Pihaknya diminta melengkapi berbagai kekurangan yang ada dalam pengusulan. Ditambah begitu banyaknya tahapan dan proses yang harus dilalui dan dilakukan.
Secara umum pengusulan gelar kepahlawanan dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, gagasan pemberian gelar muncul pertama kali dari keluarga besar yang kemudian mendapat dukungan dari banyak pihak. Termasuk semua organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU serta organisasi lainnya. Juga perguruan tinggi seperti Universitas Mataram dan UIN Mataram, serta perguruan tinggi swasta lainnya.
Dalam pengusulan itu, semua bupati/wali kota juga menberikan dukungannya dalam bentuk surat pernyataan resmi. Semua dukungan tersebut menjadi satu kesatuan dalam dokumen usulan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan penggalian dari berbagai sumber. Mulai dari kalangan internal NW, para sahabat Maulanasyeikh, para santri dan tokoh-tokoh di luar NW. Semua rata-rata menyampaikan bahwa almarhum TGKH Zainuddin Abdul Madjid sangat layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
Bersamaan dengan itu, Dinas Sosial melakukan kajian-kajian mulai dari diskusi. Seminar dan penelusuran berbagai dokumen. Baik di perpustakaan dan arsip nasional ataupu pun MUI pusat dan bahkan sampai Makkasar dan Sumatera.
Kedua, ide itu kemudian diperkuat dengan membentuk Tim pengkajian yang terdiri dari tiga tim. Tim pertama, melakukan kajian dan pembuatan naskah akademik dalam bidang perjuangan kebangsaan. Tim kedua, melakukan kajian dan pembuatan naskah akademik dalam bidang pendidikan. Tim ketiga melakukan kajian, dan pembuatan naskah akademik tentang karya-karya maulanasyeikh. Maupun karya orang lain tentang Maulanasyeikh.
Semua itu melalui proses yang tidak mudah. Sebab harus melibatkan banyak pihak untuk mendapat hasil kajian berdasarkan fakta-fakta. Dokumen dan sumber dokumen dan sumber yang ada.
Tim ketiga, melakukan kajian, dan pembuatan naskah akademik tentang karya-karya maulanasyeikh maupun karya orang lain tentang Maulanasyeikh. Dalam tim itu juga terlibat para akademisi, tokoh agama dan tokoh masyarakat, bahkan dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Tahap ketiga. Ide itu kemudian diperkuat dengan seminar nasional pada tanggal 5 April 2017 di Universitas Negeri Jakarta, menghadirkan narasumber yang merupakan para ahli sejarah dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan seminar tersebut dibuka langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dihadiri tokoh-tokoh NTB baik yang ada di daerah ataupun di luar daerah dan Jakarta.
Setelah proses itu dilaksanakan, maka ditindaklanjuti pada proses pengusulan oleh Dinas Sosial Provinsi NTB, setelah melalui pembahasan dari TP2GD kepada Kementerian Sosial RI. Setelah dibahas TP2GP, kemudian diproses oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan yang selanjutnya dikirim ke Presiden.
”Semoga atas dukungan dan ikhtiar sungguh sungguh dari seluruh masyarakat NTB gelar tersebut didapatkan,” harapnya.
Demikian, semoga bermanfaat !
Labels:
LIGHT READING,
NEW COLLECTION
Thanks for reading Lia akan berganti nama Bandara TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid. Please share...!
0 Comment for "Lia akan berganti nama Bandara TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid"